Lamongan, Timurpos.co.id – Komunitas Peduli Sungai (KPS) berkolaborasi dengan pemerintah dalam diskusi menangani sampah dan banjir di Bengawan Solo Hilir yang dilaksanakan desa Meluwur, kabupaten Lamongan.
Sebanyak 80 peserta turut hadir dalam diskusi kolaboratif ini, melibatkan Pemerintah Provinsi Jawa Timur, Dinas PU SDA kabupaten Lamongan, Dinas Lingkungan Hidup, pemerintah desa Meluwur, Hanze University Netherlands, Universitas Islam Lamongan, dan KPS&KPW Bengawan solo Hilir.
Diskusi ini bertujuan untuk menguatkan kolaborasi dalam menangani sampah dan banjir. Serta mendorong partisipasi aktif masyarakat maupun KPS dalam solusi ramah lingkungan dengan membangun kawasan merdeka sampah.
Diskusi ini dibuka oleh Bapak Yosi selaku ketua Sekber Bengawan Solo Hilir. “Permasalahan utama di Bengawan Solo ini adalah banjir, sampah, dan eceng gondok”. Ucap Yosi dalam sambutannya
Ketua Dinas PU Sumber Daya Air Kabupaten Lamongan Bapak Gunadi menyampaikan bahwa setidaknya ada 4 titik banjir yang ada di Lamongan yaitu Kota lamongan, Kota Babat, Pantura, dan Bengawan jero.
“Dengan adanya 26 KPS yang ada di hilir bengawan solo bisa muncul secara sukarela utk pengendalian banjir dan sampah”. Ujarnya
Sementara Tonis Afrianto, Pegiat Zero Waste ECOTON menekankan pentingnya kawasan merdeka sampah sebagai salah satu solusi menangani banjir.
“Indonesia masih menghadapi permasalahan sampah yang hanya ditumpuk. Hanya 9,14% masyarakat yang memilah sampah. Seharusnya masalah sampah bisa dikelola dari rumah sehingga tidak ada yang buang sampah disungai sebagai salah satu penyebab banjir.” Ujarnya
Prof. Floris Boogaard dari Hanze University Netherlands juga turut hadir dan menyampaikan Adaptasi krisis iklim dan pencegahan banjir dengan nature-based solutions yang ada di Belanda.
“Solusi utama adalah mendengarkan masyarakat lokal, harus berdiskusi dengan masyarakat dengan pendekatan yang melibatkan peneliti lain dan masyarakat lokal. Solusi sederhana, low cost dan memperhatikan aspek lingkungan bisa jadi lebih efektif daripada yang lebih mahal tapi belum efektif dan solusi atas permasalahan tersebut bukan hanya dengan grey infrastucture, melainkan juga green infrastructure.” Cetusnya
Pak Zaini, perwakilah dari sekber KPS Lamongan menyampaikan bahwa masyarakat harus tetap dirangkul untuk kolaborasi. “Kolaborasi antar pihak diperlukan untuk menangani banjir dan sampah secara regional.” Pernyataan ini juga disetujui oleh KPW sekber kabupaten Gresik, pak Sudarto.
Acara ini juga mencakup praktik monitoring kualitas air Bengawan Solo bersama KPS/KPW untuk mengetahui kondisi air sungai saat ini. TOK/*