Jejak Hitam Tak Putus: Adrian Fathur Rahman, Terpidana Penganiayaan Maut Kini Bandar Sabu

KEPOLISIAN175 Dilihat

Surabaya, Timurpos.co.id – Nama Adrian Fathur Rahman (23) yang merupakan anak seorang Aparat, kembali mencuat ke publik. Setelah sebelumnya divonis dalam perkara penganiayaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia, Adrian kini kembali berurusan dengan hukum. Ia ditangkap Sat Resnarkoba Polrestabes Surabaya bersama saudara tirinya, Briyan Putra Ramadhan (24), karena diduga kuat menjadi bandar narkoba. Senin (15/12).

Keduanya diringkus di sebuah kamar kos kawasan Griya Mapan Utara, Sidoarjo. Dari lokasi penangkapan, polisi menyita 52 poket sabu siap edar dengan berat total sekitar 73 gram, serta dua timbangan elektrik dan dua unit telepon genggam yang diduga digunakan untuk transaksi narkotika.

Dalam pemeriksaan Unit 2 Sat Resnarkoba Polrestabes Surabaya, Adrian mengakui telah menjalankan bisnis haram tersebut selama kurang lebih dua bulan. Ia mengaku memperoleh pasokan sabu dari seseorang berinisial “Juragan” yang disebut-sebut sebagai penghuni Rutan Medaeng.

Baca Juga  Pekerja Bangunan di Kubu Raya Tewas Tersengat Listrik Saat Perbaiki Atap

“Kepada penyidik, A mengaku sudah dua bulan menjalankan bisnis narkoba. Dia mengaku mendapatkan suplai dari seseorang bernama alias Juragan yang disebut sebagai penghuni Rutan Medaeng. Namun setelah kami cek, nama tersebut tidak ada,” ujar Kanit 2 Sat Resnarkoba Polrestabes Surabaya AKP Eko Lukwantoro, Sabtu (13/12/2025).

AKP Eko menambahkan, keterlibatan Adrian dalam jaringan narkoba tidak lepas dari riwayat kriminalnya. Adrian diketahui merupakan residivis kasus penganiayaan yang pernah menjalani masa tahanan di Rutan Medaeng.

“A ini residivis kasus penganiayaan. Pernah ditahan di Medaeng, dari situlah dia mengaku berkenalan dengan nama alias Juragan,” imbuhnya.

Sebelumnya, Majelis Hakim Tongani Pengadilan Negeri Surabaya telah menjatuhkan vonis pidana penjara terhadap Adrian Fathur Rahman bin Agus Setio Iwandono dalam perkara penganiayaan yang mengakibatkan korban meninggal dunia, sebagaimana diatur dalam Pasal 351 ayat (3) KUHP.

Baca Juga  Polresta Malang Kota Bersama Forkopimda Musnahkan Barbuk Barbagai Jenis Narkoba

Peristiwa penganiayaan tersebut terjadi pada Senin, 13 Februari 2023, sekitar pukul 09.00 WIB, di kamar 304 Penginapan Grya Sonia, Jalan Siwalankerto 67 Surabaya. Kasus bermula dari kecurigaan terdakwa terhadap pacarnya, Adhitiya Chusnul Afani, yang tidak membalas pesan WhatsApp. Melalui aplikasi pelacak lokasi, terdakwa mengetahui keberadaan pacarnya di penginapan tersebut.

Terdakwa kemudian mendatangi lokasi dan mendapati pacarnya berada satu kamar dengan korban, Adimas Oktavianto. Dalam kondisi emosi, terdakwa memukul korban hingga terjatuh, lalu menginjak dan menendang korban secara berulang kali sampai tidak sadarkan diri.

Korban sempat dilarikan ke RSUD Dr. Soetomo Surabaya dalam keadaan koma. Berdasarkan Visum et Repertum yang ditandatangani Dr. Nily Sulistyorini, Sp.FM, korban mengalami luka berat, termasuk patah tulang pelipis, dahi, pipi, dan hidung sisi kanan akibat kekerasan benda tumpul. Setelah hampir dua pekan dirawat, korban dinyatakan meninggal dunia pada 26 Februari 2023.

Baca Juga  Cabuli Anak Tirinya, Aipda Kuswanto Diadali di PN Surabaya

Atas perkara tersebut, majelis hakim menjatuhkan pidana penjara selama satu tahun, dengan perintah agar terdakwa tetap ditahan serta membebankan biaya perkara Rp2.000. Sebelumnya Jaksa Penuntut Umum (JPU) Hasanudin Tandilolo dari Kejaksaan Negeri Surabaya menuntut terdakwa dengan Pidana penjara selama satu dan 6 bulan kerena terbukti bersalah bersalah melakukan tindak pidana “ Penganiayaan mengakibatkan mati “  sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pertama Pasal, 351 ayat (3) KUHPidana. M12/Tok