Ilustrasi (Int)
Surabaya, Timurpos.co.id – Tidak ada tempat yang tidak pernah dikunjungi Hazad di Surabaya. Lelaki usia 34 tahun sehari-hari kerja sebagai ojek online itu, mengaku seluruh tempat umum sudah pernah dikunjungi, sekalipun itu letaknya berada perbatasan kota. Sabtu (10/02/2024).
“Pasar, mall, apartemen, diskotik, hotel, stasiun, kantor pemerintahan, hingga toilet umum sudah pernah saya kunjungi. Semua aman, cuma bikin ketar-ketir kalau keliling atau narik pas dini hari,” ucapnya.
“Kalau ada yang bilang Surabaya aman-aman saja, berati kalau malam gak pernah keluyuran,” imbuhnya.
Hazad masih ingat betul kejadian yang membuatnya memiliki pendapat demikian. Pernah sekira pukul 2 dini hari ia melintas Jalan Kusuma Bangsa. Maksudnya saat itu ingin cari orang-orang yang baru mengunjungi tempat hiburan malam membutuhkan jasanya untuk diantar pulang. Namun bukannya penumpang yang didapat, malah bertemu sekelompok remaja mengendarai sepeda motor membawa celurit.
“Persis pom bensin Jalan Kusuma Bangsa ada tiga motor melaju di belakang saya. Saya melirik spion kanan, lah kok yang ada salah seorang yang dibonceng bawa celurit. Disisipkan kaki kiri bagian dalam. Saya gak tahu persis panjangnya ukuran berapa, yang tak ingat gagangnya warna kuning besi mengkilap,” ujarnya.
Hazad saat itu tak mau ambil risiko. Dia segera menancap gas motornya. Melihat ada minimarket buka di samping Makam Pahlawan, ia langsung berbelok ke sana. Diduga sekelompok anak muda itu tahu Hazad ketakutan, mereka melintas di depannya sembari bleyer-bleyer dan tertawa.
“Kayak nantang, saya gak masalah keroyokan tapi tangan kosong. Kalau ada yang bawa celurit, kan konyol kalau diladeni,” ucapnya.
Hazad saat itu selain khawatir akan keselamatannya, ia juga parno. Akhir Desember lalu ada kejadian di Sidotopo Wetan ada seorang remaja usia 15 tahun diserang kelompok senjata celurit hingga tewas. Korban diserang kelompok bersenjata yang sedang mengamuk karena gagal tawuran di sekitaran Makam Rangkah.
Bukan kali itu ia menjumpai kelompok senjata membawa celurit. Sewaktu dini hari menunggu orderan di warung kopi di sekitaran Jalan Dharmahusada, pernah melihat ada puluhan remaja lewat boncengan naik sepeda motor mengayun-ayunkan celurit. Tak tahu kemana pasti rombongan tersebut pergi, namun yang pasti saat itu membuat orang-orang di warung kopi khawatir.
Hazad selama 4 tahun terakhir menjadi ojek online sejak akhir 2022 hingga awal 2024 sering mendengar ada sekelompok gang melakukan aksi tawuran. Berita yang pernah santer didengar ada remaja laki-laki usia 15 tahun tewas di Sidotopo Wetan dikeroyok puluhan remaja bersenjata celurit.
Totok Listiyo (39) mengaku miris melihat kenakalan remaja di sekarang. Seingatnya dulu sekitaran tahun 2004, saat dirinya masih menjadi pelajar SMA, tawuran adalah bak aktivitas hiburan. Dulu, kalau pun membawa sajam biasanya aling-paling kayu, gear, atau perkakas lainnya.
“Itu pun hanya buat jaga-jaga saja, lebih seringnya ya tangan kosong. Kalau anak sekarang yang dibuat tawuran senjata penghabisan. Menurut saya kalau dulu tawura cuma kenakalan remaja, tapi sekarang sudah layak disebut ke arah kriminal. Harus ada solusi biar gak makin ngawur,” tandasnya. Tok