Surabaya, Timurpos.co.id – Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Indonesia Ke–79, Badan Riset Urusan Sungai Nusantara (BRUIN) gelar clean up dan penanaman ratusan bibit mangrove di kawasan Ekowisata Mangrove Wonorejo Surabaya. Kegiatan tersebut melibatkan sekitar 100 relawan dari Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Timur, DLH Kota Surabaya, pelaku industri, akdemisi dan beberapa relawan dari masyarakat.
“Kegiatan clean up dan penanaman mangrove kami lakukan sebagai bentuk peringatan HUT RI, Ke–79. Tema kegiatan hari ini adalah Merdeka Untuk Mangrove Surabaya, hal tersebut senada dengan kondisi mangrove di kawasan Wonorejo yang semakin hari kondisinya semakin memprihatinkan. Kondisi tersebut disebabkan oleh sampah plastik yang semakin menumpuk di kawasan mangrove. Sampah plastik menjadi persoalan utama dan seakan – akan menjadi sosok penjajah yang merampas kebebasan ekosistem mangrove di Wonorejo”, Ungkap Azis, S.H Direktur Eksekutif BRUIN. Sabtu (24/08/2024).
Restorasi Kawasan Mangrove untuk Keberlangsungan Pantai Timur Surabaya
Melakukan clean up dan penanaman mangrove di kawasan ekowisata Wonorejo Surabaya, merupakan usaha untuk mestabilkan kondisi lingkungan dan sebagai upaya menyelamatkan habitat dan biota di sekitar kawasan mangrove. Kegiatan di awali dengan melakukan clean up di 5 titik lokasi mangrove di kawasan ekowisata, yang mana setelah dilakukan clean up para relawan melakukan kegiatan penanaman ratusan bibit mangrove di area konservasi Wonorejo
“Sejalan dengan komitmen untuk mendukung mitigasi perubahan iklim, kegiatan ini sangat penting karena mangrove sendiri bermanfaat untuk menurunkan gas rumah kaca. Beberapa jurnal ilmiah menyebutkan bahwa nilai karbon yang terkandung pada vegetasi mangrove disimpan dalam bentuk biomassa yang kemudian kandungan tersebut dapat menyerap dan mengurangi kosentrasi karbondioksida (CO2) di udara”. Ungkap Ziadatur Rizqiyah, S.SI mahasiswa Strata 2 Biologi ITS Surabaya.
Muchammad Rokim Kabid Kebersihan dan Pemberdayaan DLH Kota Surabaya dalam sambutannya mengatakan bahwa “manfaat mangrove sangat banyak, salah satunya mangrove berfungsi sebagai pencegahan abrasi, menahan badai, menyaring pencemar kasar, tempat hidup serta pemijahan biota laut sehingga mampu menyediakan sumber makanan bagi beberapa spesies yang hidup di area mangrove itu sendiri. Disisi lain pohon mangrove memberi zat makanan dan menjadi daerah nutrisi bagi hewan ikan dan invertebrata yang hidup di sekitarnya. Ikan dan udang yang ditangkap di laut dan di daerah terumbu karang sebelum dewasa memerlukan perlindungan dari predator dan suplai nutrisi yang cukup di daerah mangrove ini”.
Antusiasme Relawan : 1.400 Sampah di Evakuasi dan Penanaman 200 Bibit Mangrove di Kawasan Konservasi
Para relawan sangat antusias untuk terlibat dalam kegiatan. Mereka terlibat dalam kegiatan clean up dan berhasil mengumpulkan sekitar 28 karung sampah plastik berukuran 50 Kg yang jika ditimbang berat sampah keseluruhan berjumlah 1.400 Kg. Dari total keseluruhan sampah yang dikumpulkan di dominasi sampah kantong kresek, popok sekali pakai, kemasan sachet, kain dan serta styrofoam. Kemudian para relawan secara serentak melakukan penanaman 200 bibit mangrove di bebrapa titik lokasi yang sudah ditentukan.
“Kegiatan ini sangat penting dilakukan untuk keberlanjutan mangrove dikawasan Surabaya, apa yang dilakukan team BRUIN, temen – temen relawan dari pemerintah, perusahaan, akademisi dan masyarakat perlu diapresiasi sebagai bentuk pengabdian terhadap keberlangsungan lingkungan. Kami harap momentum kemerdekaan merdeka untuk mangrove Surabaya, dapat menjadi role model kegiatan restorasi kawasan ekosistem mangrove lain di Jawa Timur”. Ujar Fauzi perwakilan Balai Besar Wilayah Sungai Brantas (BBWS) Brantas yang ikut dalam kegiatan.
Manager HR & GA PT Mekabox International, Jarot Hendro Sucahyo yang ikut dalam acara mengatakan “Meski bergerak di bidang industri, ikut berperan dalam menjaga kondisi lingkungan dan iklim tentu menjadi fokus kami, kegiatan yang berwawasan lingkungan yang melibatkan banyak orang, harapannya dapat memotivasi dan mendorong semangat kerelawanan serta kepedulian terhadap isu lingkungan dan isu perubahan iklim”.
“Perlu upaya ekstra seperti melibatkan seluruh elemen di Jawa Timur untuk menyelamatkan mangrove. Selain itu perlu saintis, pengelola kawasan, kolaborasi pemerintah, masyarakat, dan terutama pelaku Industri, sehingga kedepannya ancaman krisis ekosistem mangrove, beban pencemaran di kawasan mangrove dan ancaman kepunahan ekosistem dapat diminimlisir” imbuh Jarot Hendro Sucahyo.
“Kegiatan kali ini sangat menarik dan bermanfaat, kami bersama tim berharap kegiatan ini dilakukan bukan hanya seremonial belaka, kami akan terus mendukung secara masif apapun kegiatan yang memberikan manfaat bagi lingkungan. Sebagai salah satu industri besar di Jawa Timur, kami akan berusaha berkomitmen untuk selalu terlibat dalam isu penytelamatan lingkungan hidup di Jawa Timur, harapannya kolaborasi akan terus terjadi dalm isu penyelamatan lingkungan di Jawa Timur”, ujar Iip Kurtikasari Manager Marketing PT Garuda Food Putra Putri Jaya Gresik.
Kondisi Mangrove Jawa Timur Perlu Perhatian Serius Menurut data tahun 2023, Pemerintah Provinsi Jawa Timur menyebutkan bahwa saat ini luasan hutan mangrove di Jawa Timur mencapai 27.221 Ha. Tersebar di sepanjang pesisir selatan dan utara, dari Pacitan hingga Banyuwangi, dan Tuban sampai pulau Madura. Kemudian bagaimana kondisi hutan mangrove di Jawa Timur saat ini?
Menurut Giesen pada artikelnya pada 1993 berjudul “Indonesian mangroves: an update on remaining area and main management issues,” mangrove di Jawa Timur tercatat memiliki luas sekitar 57.500 Ha pada tahun 1985. Sejak lama memang telah mengalami penurunan drastis, karena berbagai faktor. Dari sekitar 57.500 Ha pada 1985 lalu menjadi 27.221 pada 2022 Ha, artinya selama hampir 40 tahun telah berkurang sekitar 30,279 Ha. Ini hitungan prediksi yang dihasilkan dari data yang tersedia. Karena tidak ada data yang pasti mengenai mangrove di Jawa Timur, yang ada adalah data luasan terkini dan glorifikasi penanaman mangrove serta potensi luasan yang mencapai 51.000 Ha. TOK/*