Foto: Suasana Rumah Duka
Surabaya, Timurpos.co.id – Dua pemuda Manukan diduga menjadi korban gerombolan gangster di Jalan Sukomanunggal IV. M. Dito Alviansyah, pemuda 19 tahun meninggal dunia dengan luka pada kepalanya, sedangkan M. Fahmi kini kondisinya kritis dan masih dirawat intensif di RSUD dr Soetomo.
Alfin Ferdian, teman korban, mengatakan bahwa pada Sabtu (25/1) dia dan 10 orang, termasuk dua korban berangkat takziah dari Manukan ke rumah teman mereka di Sememi sekitar pukul 20.00. Perjalanan tanpa hambatan hingga tiba di lokasi. Dini hari mereka hendak pulang lagi ke Manukan. Dito yang masih sekolah kelas XII SMK swasta berboncengan dengan Fahmi
Dalam perjalanan, di kawasan Sukomanunggal, mereka sempat melihat enam orang yang mengendarai sepeda motor. Alfin dkk tidak berfirasat apapun. Saat tiba di simpang empat Jalan Sukomanunggal, enam orang tersebut menghentikan mereka.
“Kami dicegat. Mereka mengeluarkan senjata double stick sambil berteriak meminta kami berhenti. Kami panik,” kata Alfin kemarin.
Alfin dkk berusaha melarikan diri. Mereka berupaya menyelamatkan diri masing-masing. “Kami berusaha kabur ke arah Manukan. Mereka (gerombolan pelaku) sempat mengejar. Saya sempat lihat Dito yang dibonceng Fahmi berada di depan kami. Tapi, kemudian hilang dari pandangan karena kami panik,” ucapnya.
Saat sudah tiba di Manukan, Alfin dkk berhenti. Mereka sempat saling berkoordinasi untuk berkumpul. Hanya Fahmi dan Dito yang yang tidak diketahui kabarnya. “Salah satu teman saya kembali ke lokasi. Di sana sudah banyak polisi dan petugas lain. Dito meninggal, sedangkan Fahmi kritis,” tuturnya.
Alfin meyakini bahwa enam pemuda yang mencegatnya gerombolan gangster yang sengaja mencari lawan. “Saya dan teman-teman sebelumnya tidak pernah bersinggungan sama mereka, tiba-tiba dicegat. Kami tidak ada bawa senjata karena memang niat pulang dari takziah,” ungkapnya.
Sementara itu, ayah almarhum Dito, Achmad Tony Suliono meyakini anaknya meninggal karena diduga dikeroyok gerombolan gangster tersebut. “Lukanya hanya di dahi karena pukulan benda tumpul. Kalau jatuh dari motor pasti ada luka lain di tubuhnya. Motornya juga tidak lecet,” kata Tony.
Tony mendapatkan kabar kematian almarhum Dito dari anak keduanya. Jenazah Dito sempat dibawa ke RSUD dr Soetomo. “Sesampainya di rumah saya lihat jenazahnya, dahinya tepos dan benjol. Diduga karena benda tumpul,” kata Tony di rumah duka di Jalan Manukan Dono kemarin (26/1).
Tony mendapatkan kabar dari teman-teman anaknya bahwa Dito dkk sebelum ditemukan meninggal sempat dicegat enam orang bersepeda motor di simpang empat Jalan Sukomanunggal. Sekelompok orang yang diyakini gerombolan gangster itu mengancam Dito dan 10 kawannya dengan senjata double stick. Dito dkk berusaha kabur. Sempat tidak ada kabar, Dito akhirnya ditemukan meninggal.
“Malam itu Dito pamit mau takziah di rumah temannya di Sememi,” ucapnya.
Dito sempat dilaporkan meninggal karena kecelakaan tunggal. Tony tidak mempercayai kabar itu. Dia meyakini anaknya dianiaya gerombolan gangster. Tony kini berencana melaporkan kasus kematian anaknya ke polisi. “Saya hanya ingin segera diusut tuntas siapapun pelakunya,” katanya. TOK/*