Tulungagung, Timurpos.co.id – Dalam upaya menjaga kelestarian sungai dan kesehatan masyarakat, Aliansi Lereng Wilis (ALWI), Ecoton, PPLH Mangkubumi dan mahasiswa Tulungagung melakukan pengujian kualitas air di dua sungai utama, yaitu Sungai Ngrowo dan Kali Song. Sabtu (22/06/2024).
Hasil pengujian ini mengungkapkan kondisi yang mengkhawatirkan dan memerlukan tindakan segera. Pengujian kualitas air sungai melibatkan 50 orang dari akademisi, praktisi, dan pegiat lingkungan di Kabupaten Tulungagung, pengujian kualitas air di Sungai Ngrowo dilakukan di DAM Majan, dan Taman Gendang.
Sementara dilanjutkan di Kali Song di daerah Kauman pada dua titik, di area pemukiman dan di outlet pembuangan pabrik gula.
“Uji kualitas air ini bertujuan untuk mengetahui kesehatan sungai, dan adanya laporan dari warga bahwa air sungai mengeluarkan bau tidak sedap bahkan sampai berwarna keputihan. Hasil uji kualitas air ternyata sangat mengejutkan sehingga ada indikasi pencemaran yang ancam bencana ekologis” ujar Agus Suprianto, koordinator kegiatan uji kualitas air ALWI Tulungagung.
Sungai Ngrowo: Tingginya Kadar Fosfat dan Rendahnya Oksigen Terlarut dalam Air
Pengujian kualitas air di Sungai Ngrowo menunjukkan kadar fosfat yang sangat tinggi dengan hasil 6,6 mg/L dan rendahnya oksigen terlarut dalam air -0,3 mg/L, nilai jauh melebihi batas aman yang ditetapkan sesuai baku mutu PP (Peraturan Pemerintah) Nomor 22 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pada lampiran vi bahwasanya kadar fosfat di sungai untuk peruntukan kelas dua untuk pembudidayaan air tawar, sarana prasarana, peternakan dan irigasi atau peruntukan lain yaitu 0,2 mg/L dan oksigen terlarut dalam air 4 mg/L.
Peneliti Ecoton Alaika Rahmatullah menjelaskan bahwasanya fosfat yang berlebihan ini berpotensi menyebabkan ledakan pertumbuhan alga (eutrofikasi) yang dapat menguras oksigen terlarut dalam air.
Hasil pengujian ini membuktikan tingkat oksigen terlarut dalam air sangat rendah mengancam kelangsungan hidup organisme air seperti ikan yang sensitif terhadap perubahan oksigen akan mengalami stress bahkan menyebabkan kematian, dampak jangka panjangnya adalah kepunahan ikan.
Kali Song: Suhu Air yang Memanas Hingga 44 Derajat Celsius. Di Kali Song, hasil pengujian menunjukkan suhu air yang mencapai 44 derajat Celsius.
Hal ini menjadi dugaan akibat dari buangan limbah cair Pabrik Gula yang mengalir di Kali Song. Suhu yang ekstrem ini menciptakan kondisi yang tidak layak bagi kehidupan akuatik, dan memicu ancaman bencana ekologis.
Panas yang berlebihan menyebabkan stres termal pada ikan dan organisme air lainnya, meningkatkan risiko kematian massal dan potensi kepunahan spesies tertentu.
“Keanekaragaman hayati akan berkurang jika suhu sungai ini lebih hangat, dapat mengubah struktur ekosistem sungai, spesies yang tidak dapat beradaptasi dengan suhu yang lebih tinggi dapat berkurang atau punah” ungkap Amel mahasiswa Biologi UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
Ancaman Terhadap Ekosistem dan Bencana Ekologis Kedua temuan ini menunjukkan adanya ancaman serius terhadap ekosistem perairan di wilayah tersebut.
Tingginya kadar fosfat dan rendahnya oksigen terlarut di Sungai Ngrowo, serta suhu yang memanas di Kali Song, merupakan kondisi yang tidak dapat diabaikan.
Tanpa tindakan penanggulangan yang tepat, manusia akan menghadapi risiko kerusakan ekosistem yang parah dan hilangnya keanekaragaman hayati, terutama ikan yang sangat bergantung pada kualitas air yang baik. Selain itu, suhu sungai yang lebih tinggi dapat mempengaruhi siklus karbon dan emisi gas rumah kaca.
Misalnya air yang lebih hangat dapat meningkatkan emisi metana dari sedimen sungai yang merupakan gas rumah kaca kuat dan dapat memperburuk perubahan iklim. Kajian Ecoton terhadap suhu sungai mengungkapkan bahwa suhu yang eksterm dapat menghambat proses pemijahan dan perkembangan larva, mengurangi populasi spesies tertentu.
Air yang lebih hangat sering kali mendorong pertumbuhan alga berlebihan terutama di sungai yang sudah tercemar oleh nutrient seperti fosfat. Ini dapat menyebabkan pembentukan zona mati artinya saat alga mati dan terurai proses ini menghabiskan oksigen di air dan menciptakan zona mati di mana kehidupan akuatik hampir tidak mungkin bertahan, beberapa jenis alga menghasilkan racun yang dapat membahayakan biota bahkan manusia, mengingat sungai Ngrowo juga masuk ke Sungai Brantas yang airnya dijadikan sebagai bahan baku PDAM di daerah hilir (Surabaya dan Sidoarjo).
Tindakan yang Diperlukan Aliansi Lereng Wilis (ALWI) Tulungagung mendorong pemerintah daerah bersama dengan lembaga terkait baik itu BBWS Brantas harus segera mengambil langkah-langkah mitigasi untuk mengatasi masalah ini.
Koordinator ALWI, Harun menyampaikan bahwa upaya pembersihan atau normalisasi sungai, pengendalian sumber pencemaran, serta peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan air sungai harus segera dilakukan. Seperti membangun IPAL Komunal di daerah pemukiman yang berada di bantaran sungai.
Di samping itu, ia menegaskan untuk mengurangi dan mengatasi dampak negatif dari suhu sungai yang memanas, beberapa tindakan mitigasi dan adaptasi perlu dilakukan:
a.Pemulihan dan Pelestarian Vegetasi Riparian: Menanam pohon dan vegetasi di sepanjang tepi sungai untuk memberikan naungan dan mengurangi pemanasan air.
b.Pengawasan dan Pengendalian Sumber Pencemaran: Pemerintah harus melakukan pengawasan yang ketat untuk mengurangi sumber polusi yang dapat memperburuk kondisi sungai, seperti limbah industri dan pertanian. TOK