Timur Pos

Anggota Geng Guk-Guk Diadili Di PN Surabaya

Surabaya, Timurpos.co.id – Sidang lanjutan yang membelit anggota geng Guk-guk, terkait perkara pengeroyokan terhadap anggota geng Wok-Wok dengan pemeriksaan saksi di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya. Rabu (15/02/2023).

Para terdakwa antara lain yakni Ardan Aryonda Arifin, Rifky Abdillah Avif, Nafal Aulia Mirza, dibantu temannya FFF, RRW, KSW, ANK.

Dalam sidang, mereka mengakui menjadi anggota dari geng Guk-guk dan merasa tidak terima atas perbuatan penganiayaan yang menimpa rekannya, Bagong selaku dari ketua geng hingga meninggal dunia.

Para terdakwa mengaku, membalaskan dendam usai pembunuhan yang dilakukan oleh geng wok-wok. Lalu, Jumat (25/11/2022) dinihari sekitar pukul 02.00 WIB, para terdakwa mendapati pesan dari grup WA berisikan video konten tawuran dengan geng Wok-wok. 

Alhasil, membuat para terdakwa bersepakat membawa senjata tajam jenis celurit bersarung kulit coklat sepanjang 1 meter untuk membalaskan dendam kesumat. Hingga akhirnya, kedua geng saling bertemu.

Lalu, mengacungkan ke arah geng Wok-wok. Selain celurit, mereka juga membawa aneka jenis sajam lainnya untuk tawuran.

Kala itu, mereka bersama 60 orang anggota geng Guk-guk lain yang disebut tidak dikenal oleh para terdakwa. Namun, mereka kompak dan bersepakat untuk menghampiri geng Wok-wok di area SPBU Kalijudan Surabaya.

Di sana, ada sekitar 30 anggota geng Wok-wok. Namun, seluruhnya berusaha melarikan diri ke arah Kenjeran Surabaya.

Lalu, para terdakwa mengejar salah satu anggota geng Wok-wok, Fathur Rozi hingga ke sebuah Pos Security Pakuwon City Kenjeran, Surabaya. Di sana para terdakwa berhasil menghentikan Rozi.

Spontan, salah satu terdakwa langsung membacok tangan sebelah kiri Rozi menggunakan pedang sepanjang 1 meter. Merasa dirinya terancam, Rozi yang mengalami pendarahan meminta perlindungan menuju ke Pos Security.

Perihal tersebut dibenarkan security sekaligus saksi dalam kejadian itu, Reno Duwi Ardiansa. Saat sidang, ia mengaku saat itu ia sedang berjsga di pos penjagaan yang berada di kawasan Surabaya Timur itu.

Kala itu, ia sedang membukakan portal lantaran ada truk molen yang hendak keluar. Namun, ia terkejut ketika ada seorang anak datang dengan kondisi penuh darah.

“Setelah pintu saya buka, dari arah berlawanan ada kejar-kejaran antar geng motor, saya lihat itu. Ada 3 orang boncengan 1 motor, salah satunya terjatuh (Rozi). Lalu dikejar dan terjatuh lagi, lalu yang mengejar meneriaki anak itu maling,” kata Reno saat sidang di Ruang Kartika, PN Surabaya.

Setelah itu, ia bertanya kepada Rozi. Namun, baru saja terjawab, ia sudah diserang oleh para terdakwa secara membabi buta.

“Pas lagi tanya, eh malah ada menyerang saya dan korban ramai-ramai, bawa sajam pak. Saat itu, korban sempat datang ke saya dan minta tolong, minta perlindungan ke saya, lalu yang menyerang bawa sajam, yang menyerang puluhan orang naik motor bawa sajam,” lanjutnya.

Ia mengaku, melihat kondisi tangan Rozi sudah terkena sabetan sajam. Tak lama usai menolong Rozi, ia justru terkena sabetan sajam pula.

“Saat itu kondisinya gelap, saya kena (sabetan) juga. Akibat sabetan itu saya gak bisa bekerja, dibuat bekerja jadi susah, sempat tidak bekerja seminggu. Kalau korban (Rozi) luka di bahu, kepala, dan tangan,” ujarnya.

Hal senada disampaikan rekan kerja Reno, yakni Masbuki. Saat itu, ia berjaga bersama Reno.

Saat kejadian, ia melihat ada gerombolan anak mengendarai motor sembari membawa sajam. Namun, ia tak mengira bakal menghampirinya.

“Saya lihat yang mulia, korban ada luka di kepala, tangan, dan punggung, kena sajam. Pas berlindung ke dalam pos itu, lalu korban mengganjal pintu dengan badan, trus gangster itu menyerang dan merusak pos penjagaan,” ungkapnya.

“Saya lihat ada sajam panjang, sekitar 1 meter, mereka bawa sajam, nggak tahu jumlahnya berapa,” imbuhnya.

Masbuki menegaskan, kejadian berlangsung singkat nan cepat. Namun, sangat menyeramkan.

“Kejadiannya cuma sekitar 10 menitan, setelah menyerang gangster itu bubar. Setelah kejadian itu, kami lapor ke polisi dan bawa rekaman CCTV,” tuturnya.

Masbuki menerangkan, para terdakwa langsung membacok bagian tangan dan punggung Rozi secara brutal. Bahkan, mengejar Rozi ketika sudah berdarah-darah dan bersembunyi sekalipun.

Beruntung, ada beberapa rekan security datang dan langsung menghentikan kejadian tersebut. Seketika itu juga, para geng Guk-guk langsung bergegas pergi meninggalkan tempat.

“Setelah kejadian kami ke Rumah Sakit dulu, lalu ke Polisi membuat laporan,” tutupnya. Ti0

Jual Bahan Peledak, Mastur Dituntut 2,6 Tahun Penjara

Surabaya, Timurpos.co.id – Mastur bin Misnayu (alm) dituntut dengan Pidana penjara selama 2,6 tahun oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) Agus Wihananto, karena terbukti bersalah melakukan tindak Pidana perkara penjualan bahan peledak atau bom ikan ke Kalimantan di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya. Rabu, (15/02/2023).

Terdakwa Mastur (49, Warga Jalan Arif Rahman Hakim Kelurahan Tisnonegaran, Kecamatan Kanigaran Kabupaten Probolinggo yang rencananya bahan peledak atau bom ikan akan dijual ke Kalimantan. 

Dengan perbuatan tersebut, terdakwa diancam dengan Pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang Darurat Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1951 tentang senjata api dan bahan peledak. 

JPU Agus Wihananto mengatakan, bahwa terdakwa Mastur terbukti bersalah tanpa hak memasukkan ke Indonesia membuat, menerima, mencoba memperoleh, menyerahkan, menguasai, membawa, mempunyai persedian padanya atau mempunyai dalam miliknya, menyimpan, mengangkut, menyembunyikan, mempergunakan atau mengeluarkan dari Indonesia senjata api, amunisi atau sesuatu bahan peledak.

“Terhadap terdakwa Mastur dengan tuntutan selama 2 Tahun dan 6 bulan penjara,”kata Agus di ruang Kartika PN Surabaya.

Atas tuntutan JPU, terdakwa mengajukan pembelaan. “Saya akan mengajukan pembelaan Yang Mulia,”ucapnya melalui video call. 

Menurut Agus, kasusnya bermula dari saksi Darsono mendapatkan informasi dari masyarakat tim Intel Ditpolairud Polda Jatim akan ada pengiriman detonator atau bahan peledak bom ikan melalui jalur laut. Nah, untuk bahan peledak itu akan dijual ke Kalimantan dengan harga perkotak berisi 100 biji dengan harga Rp 700 ribu. 

Setelah dilakukan pendalaman informasi tersebut pada hari Rabu, 9 November 2022 sekitar pukul 15.30 Wib, kapal penumpang KM Madona yang bersandar di dermaga Jangkar Situbondo dari Desa Ketupat Pulau Raas Kabupaten Sumenep Madura. “Saat itu terdakwa turun dari kapal penumpang dan menuju mobil Chevrolet warna merah Nopol P 1480 DR atas nama Wasila Kafita Dewi. Seketika dilakukan penggeledahan dan ditemukan barang bukti berupa 2 kardus indomie yang berisi kotak kecil 50 kotak masing-masing kotak berisi 100 biji dengan total 5 ribu biji yang diduga bahan peledak jenis detonator dan 1 buah HP merk Vivo,”tutupnya. Ti0

Aman D, Digugat PMH Di PN Surabaya

Surabaya, Timurpos.co.id – Pasangan Suami Istri (Pasutri) Tommy Han dan Evelyn Soputra mengugat Pemilik Toko Handphone GP Cell dan MP Store, Aman D digugat Perbuatan Melawan Hukum (PMH) di Penggadilan Negeri (PN) Surabaya. Rabu, (15/02/2023).

Dari Pantuan Media setelah Majelis Hakim memeriksa surat kuasa dari para pihak pengugat dan tergugat, kemudian Majelis Hakim untuk dilakukan mediasi dengan menunjuk Hakim mediator, dikeranakan para pihak tidak memiliki mediator.

Sementara kuasa hukum dari Aman D, saat disingung terkait gugutan terhadap klienya,” kami masih baca dulu mas, karana kita sebagai tergugat,” ucapnya kepada media selepas sidang.

Terpisah Terpisah R. Hendrix Kurniawan. SE.SH selaku Kuasa Hukum pengugat menyapaikan, bahwa perkara ini berawal adanya perjanjian perdamaian, tertanggal 24 Febuari 2021 yang diinisitaif dari Pensehat hukumnya yang dulu, sehingga munculnya laporan Polisi di Polda Metro Jaya terkait perkara Penipuan dan penggelapan terhadap klien kami. Namun oleh pihak Polda Metro Jaya mengeluarkan Surat Perintah Penghentian Perkara (SP3).

“Yang mana dalam pokoknya harus menagung setengah dari kerugaian, tampa menyebut nomilanya tampa lelibatkan tersangka lainnya (Andy Wijaya). Jika dalam waktu 2 bulan tidak bisa mememnui, yang dibebankan, maka pengugat membantu Prosses penjualan untuk aset yang dijaminankan.

Ia menambahakan bahwa kemudaian Aman melakukan Somasi terhadap semuanya keluarga dari pengugat (dari istrinya, kakak dan adiknya) dengan dasar surat perdamaian tersebut, namun kemudian muncul kerugian Rp. 5 milaar dan minta kuasa jual, yang mana itu berbeda dan tidak ada didalam surat perjanjian perdamian tersebut.

“Adanya orang sampai dipenjara, mengalami kerugian materiil yang tidak sedikit, sampai mau kehilangan rumah. Padahal tidak ada hubungan hukum. Maka dengan gugat ini kita harapkan bisa terungkap siapa dalang rakayasa ini dan siapa saja yang memeras klien kami.” Katanya.

Tommy menjelaskan, bahwa berawal dari Andy menawarkan handphone, kemudian kalau mau harga murah, syaratnya harus bayar dulu baru barang dikirim. Kemudian saya setuju dengan mentrafer ke rekening atas nama Aman untuk pembelian Handphone. Sebelum tranfer Andy Wijaya sudah membuat list untuk handpohe yang dibeli.

“Itu sudah berjalan sekitar 1,6 tahun dan tidak ada masalah, namun tiba-tiba Aman menagih hutang kepada Andi dan disuruh buat pengakuan hutang,” katanya.

Masih kata Tommy, padahal kalau dihitung-hitung uang yang saya tranfer ke Aman lebih banyak dari pada barang yang terkirim dan Andy Wijaya itu bukan pegawai saya.

“Saya cuma kenal aja sama Andi saat ia menjadi sales HP Evercross,”katanya.

Sementara itu Biakto Dwi Yuana SH menyampaikan, bahwa Aman D digugat PMH oleh Tommy Tan yang dipimpin oleh Ketua Majelis Hakim I Made Subagia di ruang kartika 1 dan Evelyn Soputra mengugat PHM terhadap  Aman D, yang dipimin oleh Ketua Majelis Hakim AFS Dewantoro di ruang tirta 1 PN Surabaya.

“Untuk sidang hari berjalan lancar dan untuk sidang selanjutnya diagendakan mediasi oleh para pihak bersama Hakim Mediator,” jelas Biakto.

Untuk diketahui berdasarkan petitum dari tergugat yang pada intinya meminta kepada Majelis Hakim yang mengadali perkara ini, untuk mengabulkan seluruh gugatan pengugat karana terbukti tergugat Perbuatan Melawan Hukum, menyerahkan SHM No.116 atas nama orang tua pengugat Hong Tjing Liong serta menghukum tergugat memberikan ganti rugi Matriil dan Inmatriil, sesuai yang ada di dalam posita gugatan ini secara kontan setelah adanya.

Menghukum tergugat berupa uang paksa (dwangsom) sebesar Rp.5 juta untuk setiap hari keterlambatan sejak putusan berkekuatan hukum tetap dan uang kelebihan uang sebesar Rp.1,9 milar. Ti0

Willem Fredrick Sempat Kabur, Sebelum Ketangkap Polisi

Surabaya, Timurpos.co.id – Sidang lanjutan perkara Penganiayaan yang membelit terdakwa Willem Fredrick Mardjugana dengan agenda pemeriksaan terdakwa di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya. Selasa, (14/02/2023).

Terdakwa Willem Fredrick Mardjugana, dalam keterangannya saat mendapat pertanyaan oleh Majelis Hakim terkait Kronologi kejadian pemukulan tongkat baseball saat itu,
“Kejadian nya tanggal 3 November 2022, hari Kamis jam 10.00 wib pagi, di jalan Mojopahit Nomor 1 Keputran, Surabaya.” Jelas William.

Masih kata William bahwa, awalnya saya mengendarai mobil Audy A4 warna hitam dengan nomor polisi L 1934 AAG, saat saya masuk mobil, tukang parkir menyuruh saya mundur, saya lalu.mundur, sementara di sebelah kanan ada mobil berhenti, sehingga saya berhenti dan kaget.

“Saya turun dari mobil, selanjutnya disusul korban juga turun, saya ambil tongkat baseball di pintu mobil tengah, awalnya hanya cekcok mulut, dia bicara agak cepat , saya gak seberapa dengerin, awalnya tongkat baseball hanya untuk menakut nakuti saja, agar dia pergi, saya reflek mengayunkan tongkat kena di pipi kanan korban,” terang terdakwa.

Setelah memukul dengan tongkat baseball, terdakwa William menuju mobilnya, melihat dari spion, dan selanjutnya meninggalkan korbannya.

Disingung Majelis Hakim, berapa lama, terdakwa baru ditangkap Polisi dan apakah sudah ada perdamaian

Williem menjelaskan, sekitar 1 mingguan dan belum ada perdamaian

Saat JPU menanyakan jarak antara terdakwa dengan korban berapa meter.
“Sangat dekat bu, berjarak setengah meter saja,” jelas terdakwa.

Giliran Pengacara terdakwa menanyakan apakah terdakwa merasa bersalah, ” apa yang akan disampaikan dipersidangan saat ini, sebelum masuk.ke agenda penuntutan.


“Saya mengaku bersalah telah memukul pipi korban dengan tongkat baseball milik saya, saat itu karena saya emosi yang mulia,” kata terdakwa.

Diketahui, perkara ini berawal pada Kamis (3/11/2022) pagi sekitar pukul 10.19 WIB, terdakwa Willem Fredrick Mardjugana mengendarai mobil Audy A4 dengan nopol L 1934 AAG warna hitam. Saat itu, Willem hendak memundurkan mobil untuk keluar dari tempat parkiran Indomart yang berada di Jalan Mojopahit Nomor 1 Keputran, Surabaya.

Bersamaan, ada mobil lain sekaligus korban, yaitu Felix Kurniadi. Mengetahui ada mobil juga hendak keluar, Felix berhenti untuk mempersilahkan Willem untuk keluar terlebih dulu.

Namun, terdakwa justru berhenti dan tidak mundur keluar. Dalam selang waktu beberapa lama dikarenakan terdakwa tidak memundurkan mobilnya, saksi Felix Kurniadi kembali memundurkan mobilnya untuk keluar.

Hal itu rupanya juga diketahui beberapa teman Felix yang ada di dalam mobil, yakni Rafael Tanagani, Ananda Bagus Aradhana, Maria Magdalena Trisetyawty, dan Janice Dea Audrey. Kala itu, Rafael menengok melalui kaca jendela dan melihat Willem melotot dari dalam mobilnya.

Lalu, Rafael memberikan gesture menggunakan tangan jempol untuk mempersilahkan Willem memundurkan mobilnya terlebih dahulu. Melihat hal tersebut, Willem bukan memundurkan mobil, justru membentak Rafael.

Mengetahui hal itu, Felix dan Rafael turun dari mobil. Bersamaan, Willem juga keluar dari mobil.

Namun, Willem tidak langsung menghampiri Felix dan Rafael. Justru, membuka pintu belakang mobil sebelah kanan dan mendatangi keduanya sembari membawa tongkat baseball.

Saksi Rafael Tanagani berhadap-hadapan dengan terdakwa yang diketahui terdakwa berkata ‘Ada Apa? Apa Masalahmu?’ yang dijawab oleh saksi Rafael Tanagani, ‘Kita Tidak Ada Masalah, Yang Bawa Tongkat Siapa?.

Lantas, Willem mengancam Rafael menggunakan tongkat baseball yang sedang dibawa. Sontak, nyali Rafael tak ciut dan tetap mempersilakan Willem untuk memukulnya.

Dijawab oleh saksi Rafael Tanagani ‘Pukul saja, kalau mau pukul, pukul saja’. Sontak, terdakwa langsung memukul menggunakan tongkat baseball dengan keras ke arah wajah sebelah kanan dan mengenai pipi saksi Rafael Tanagani.

Pemukulan tersebut menyebabkan pipi Rafael memerah, mengalami memar dan bengkak warna merah. Bahkan, Rafael mengaku terasa pusing.

Setelah melakukan pemukulan, Willem langsung bergegas meninggalkan lokasi tersebut tanpa memperhatikan luka yang dialami oleh Rafael.

Lantaran tak terima dengan hal itu, Rafael melaporkan kejadian itu ke Polrestabes Surabaya. Lalu, ia dianjurkan untuk melakukan visum.

Berdasarkan hasil visum, Rafael
mengalami luka pada pipi kanan dan luka memar disertai bengkak warna merah ukuran 7 cm x 5 cm. Beberapa hari setelah kejadian itu, Willem dibekuk. Lalu, diancam pidana sesuai Pasal 351 ayat (1) KUHP terkait penganiayaan. Ti0

Judi Johanis, Tega Pidanakan Kekasih Gelapnya

Surabaya, Timurpos.co.id – Sidang lanjutan perkara penggelapan uang kontrakan rumah yang membelit, terdakwa Lion Tini Sulastri Liono, kembali digelar dengan agenda keterangan saksi pelapor Judi Johanis yang merupakan kekasih gelapnya di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya. Selasa, (14/02/2023).

Judi menyatakan, dia awalnya tidak tahu ketika sewa rumah itu sudah diputus karena sedang berada di Samarinda, Kalimantan Timur untuk keperluan bisnis. Dia baru tahu ketika kembali ke Surabaya dan mengetahui Liong sudah tidak tinggal di rumah tersebut. “Setelah saya tahu rumah itu diambil orang lain, saya marah sama dia (Liong),” kata Judi saat memberikan keterangan sebagai saksi dalam sidang di PN Surabaya.

Kemarahan Judi semakin memuncak ketika mengetahui barang-barangnya sudah tidak ada di rumah. Liong sudah membawanya keluar dari rumah tersebut. “Saya tahu setelah telepon dia dan bilang barangnya ada di rumahnya yang baru. Saya marah dan tidak bicara lagi sama dia,” ucapnya.

Judi lantas melaporkan Liong ke Polisi karena dianggap telah menggelapkan uang sewa rumah dan barang-barangnya. Dia mengakui bahwa Liong kekasih gelapnya karena dia sudah punya istri sah di Samarinda. “Saya suka sama suka sama dia. Tinggal bareng selama tiga bulan di rumah itu,” katanya.

Liong membantah keterangan Judi. Dirinya tinggal bersama pria idamannya itu selama sembilan, bukan hanya tiga bulan. Dia memilih tidak melanjutkan sewa rumah karena ditinggal pergi Judi tanpa pamit. Judi tidak pernah berkabar kepadanya.

“Saya telepon, videp call tidak pernah diangkat. Saya tidak mampu untuk operasional menempati rumah itu karena ditinggal sendiri,” ujar Liong menanggapi kesaksian Judi dalam persidangan.

Perempuan itu juga mengaku tidak pernah menggelapkan barang-barang Judi. Sebagian barang yang diklaim kekasihnya itu juga disebut barang miliknya. “Saya bawa pulang ke rumah lalu saya kembalikan,” ucapnya.

Untuk diketahui berdasarkan surat dakwaan JPU menyebutkan, bahwa terdakwa Liong dianggap telah menggelapkan uang sewa rumah yang mereka tempati berdua di Pakuwon City Cluster Long Beach. Judi mengaku sudah membayar uang Rp 88 juta kepada anak Liong untuk sewa selama 15 bulan. Namun, baru tiga bulan menempati, pemilik rumah sudah mengalihkan sewa rumah itu kepada orang lain.

Terpisah Pengacara Liong, Zaenal Muhtarom menambahkan, kliennya sebagai pemilik depot Babi Cik Ninik mengenal Judi sebagai pelanggannya. Judi yang mengaku sebagai duda mengajak Liong yang seorang janda menikah pada 2020. Judi memberi janda itu perhiasan sebagai keseriusan cintanya lalu mengajak tinggal bersama di Apartemen Educity. Baru sebulan tinggal di situ, Judi memesankan rumah di Puri Galaxy. 

Sementara waktu sembari menunggu rumah tersebut rampung dibangun, Judi mengajak Liong tinggal sementara di rumah sewa di Pakuwon. Namun, baru tinggal tiga bulan di situ, Judi meninggalkan Liong. “Yang membuat klien kami stres berkepanjangan,” kata Zaenal. Ti0

Tipu Teman Kecilnya, Robert Leonardo Diadili

Surabaya, Timurpo.co.id – Terdakwa Robert Leonardo yang mengajak Andy Susanto untuk bekerjasama di bidang proyek konstruksi di bandara Mozes Kilangin Timika Papua. Atas perbuatan terdakwa Robert Leonardo dan Mariyono (DPO), sehingga saksi Andy Susanto mengalami kerugian sebesar Rp 151 juta di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya. Selasa, (14/02/2023).

Dalam kesaksian Andy Susanto yang ditemani oleh istrinya dan juga asistennya Sintia Dewi mengatakan, bahwa kenal sama terdakwa Robert Leonardo sebagai teman kecilnya. Kemudian terdakwa 

Robert Leonardo datang ke rumah Andy Santoso di Jalan Semalang Indah IX Nomor 8 Surabaya dengan menawarkan kerjasama di bidang proyek konstruksi di bandara Mozes Kilangin Timika Papua.

“Saat itu saya sudah tidak mau untuk bekerjasama dengan Robert. Namun Robert sering main ke rumah di Jalan Semalang Indah IX Nomor 8 Surabaya untuk menawarkan kerjasama pemasangan kaca dengan modal 350 juta dengan keuntungan 20 persen,”kata Andi menjadi saksi di ruang Kartika.

Lebih lanjut, Andy menjelaskan, kejadian itu sekitar awal tahun 2021. Nah, setelah Andy mentransfer ke rekening terdakwa dengan total Rp. 151 juta. Dengan cara dicicil sebanyak 6 kali transfer dengan nilai Rp. 40 juta, Rp. 30 juta sampai Rp. 151 juta. “Saya sudah mulai curiga dengan terdakwa Robert karena tidak ada kejelasan lagi dan ternyata proyek tersebut bodong, Yang Mulai,”ucapnya.

Jaksa Penuntut Umum (JPU) Furkon Adi Hermawan dari Kejari Surabaya menjelaskan, bahwa kejadian itu terdakwa Robert Leonardo bersama Mariyono (DPO) pada tanggal 19 Maret 2021 sampai 28 Apr 2021 di di Jalan Semalang Indah IX Nomor 8 Surabaya yang sedang menawarkan proyek konstruksi.

Setelah terdakwa menerima uang tersebut dan langsung menyerahkannya sebagian kepada Mariyono dan uang tersebut tidak dipergunakan untuk keperluan proyek serta sampai dengan jangka waktu 4 bulan.

“Ternyata terdakwa tidak ada realisasi pemberian keuntungan sebagaimana dijanjikan kepada saksi Andy Susanto dan uang modal yang tidak dikembalikan oleh terdakwa,”tegas Furkon.

Atas perbuatan terdakwa, Andy Susanto mengalami kerugian sebesar Rp 151 juta. Kemudian terdakwa diancam Pasal 378 KUHP jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP atau diancam pidana dalam Pasal 372 KUHP jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP. Ti0

Teriakan Anggota Brimob Dipersoalkan Jaksa Dan Hakim Di PN Surabaya

Surabaya, Timurpos.co.id – Sidang lanjutan perkara tragedi Kanjuruhan dengan terdakwa tiga Polisi yakni Danki 3 Brimob Polda Jatim AKP Hasdarmawan, Kabag Ops Polres Malang Wahyu Kompol Setyo Pranoto, dan Kasat Samapta Polres Malang AKP Bambang Sidik Achmadi diwarani dengan tindakan anggota Brimob dengan meneriakan slogan ‘Brigade’ dengan keras di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya. Selasa, (14/02/2023).

Dari informasi yang dihimbun dari media, teriak slogan ‘Brigade’ dari para anggota Brimob dilakukan saat masih ada persidangan, sehingga sempat mendapat respon dari beberapa sekuriti yang juga turut mengamankan jalannya sidang. Bahkan, para anggota tersebut sempat diingatkan agar tidak membuat suara yang menimbulkan kegaduhan.

Terkait adanya insiden tersebut, Wakil Humas PN Surabaya, AA Gede Agung Parnata ketika dikonfirmasi awak media terkait peristiwa itu, menyampaikan bahwa hal tersebut tidak dibenarkan. Lantaran dapat menggangu persidangan.Ia menambahkan, bahwa kecewa dengan hal itu. Menurutnya, dirinya juga terganggu lantaran saat jargon disorakkan, dirinya sedang memimpin sidang.”Saya sidang di Ruang Sari 3, sampai terdengar loh, ramai banget suaranya, padahal jaraknya jauh,” kata Agung kepada awak media.

Agung memastikan, keberadaan para personel kepolisian di PN Surabaya adalah untuk mengamankan jalannya sidang Kanjuruhan dari para suporter atau pun oknum masyarakat atau suporter yang hendak membuat onar. Namun, yang terjadi justru sebaliknya.

“Saya akan sampaikan ke pimpinan agar kejadian seperti ini nggak terulang lagi, kan sudah mengganggu ketertiban. Keberadaan mereka di sini untuk mengamankan, bukan meramaikan sidang dan mengganggu sidang dan pengunjung lainnya,” tutup dia.

Untuk diketahui aksi pengamanan ekstra ketat yang dilakukan sejumlah petugas Brimob di lorong penghubung yang berdekatan dengan ruang sidang Cakra, Pengadilan Negeri (PN) Surabaya justru ramai.

Mulanya para personel Polisi berseragam hitam pekat itu berjaga di sekitar ruang sidang. Sesekali, mereka terlihat berdiri bersama dan memadati jalur pengunjung, saksi, Hakim, dan Jaksa.Kala itu, sidang sedang di skors oleh Ketua Majelis Hakim, Abu Achmad Sidqi Amsya, dilanjut sidang kesaksian dari official Persebaya, lalu skorsing lagi pukul 15.40 WIB.

Usai skorsing kedua itu lah, sorakan dan teriakan para Brimob mewarnai keriuhan PN Surabaya.Bahkan, saat Ketua Tim JPU Kanjuruhan, Rahmad Hari Basuki masuk, terlihat sedang menegur salah satu penasihat hukum 3 terdakwa polisi. “Ini (suara riyuh) sudah nggak kondusif,” kata Hari.Ketika 3 terdakwa hendak menuju ruang sidang, justru disoraki lagi. Spontan, para sekuriti PN Surabaya langsung menegur.

Petugas keamanan PN Surabaya langsung meminta agar para Brimob tak berteriak lagi. “Tolong ya jangan teriak-teriak. Di sini (PN Surabaya) gak hanya (sidang) saja,” ujar salah satu petugas keamanan PN Surabaya.

Bukannya menaati, para personel Brimob tersebut malah abai. Mereka kembali menyuarakan jargon serupa. Sesekali, beberapa personel Brimob hanya tersenyum. Lalu menyorakkan suara yel-yel lagi “Brigade,” sorak serupa fari Brimob hingga 3 kali.Usai hening, petugas keamanan PN Surabaya menghampiri pimpinan polisi tertinggi atau komandan para Brimob di sekitar lokasi. Di sana, mereka meminta untuk mengondisikan personelnya yang dianggap gaduh di gedung sidang para beperkara. 5 menit kemudian, para personel Brimob ke ruang tunggu. Ti0

Perekonomian Di Jatim Tumbuh Dengan Baik

Surabaya, Timurpos.co.id – Direktur Eksekutif Kepala Perwakilan BI Provinsi Jawa Timur, Budi Hanoto mengatakan, ekonomi dan keuangan daerah serta tracking pertumbuhan ekonomi dan inflasi Triwulan berjalan dengan baik. Menurutnya, kemungkinan q-to-q (quartal) lebih baik.

“Karena (inflasi) kita turun jadi 4.7% kemungkinan Januari 2023 ini naik karena basenya kan rendah, kalau ada kenaikan sedikit awal tahun ya bisa lebih naik,” kata Budi usai Jatim Talk Triwulan I 2023 saat sesi wawancara, Selasa (14/2/2023).

Usai kegiatan bertajuk ‘Akselerasi Kinerja Ekonomi Jawa Timur di Tengah Peningkatan Ketidakpastian Ekonomi Global’ itu, Budi menjelaskan tingkat konsumsi bakal meningkat Terutama, saat mendekati momen keagamaan, seperti Ramadan.

“Terutama dalam sisi konsumsi, apalagi menjelang bulan-bulan Ramadan, keseluruhan tahun agak lebih melambat dibanding tahun ini,” imbuhnya.

Maka dari itu, menjelang Ramadan tahun 2023 ini, Budi menegaskan pihaknya bakal berkoordinasi dengan Pemprov Jatim. Terutama, melalui Tim TPID.

Perihal pelaksanaannya, Budi menyatakan langkah yang bakal dilakukan adalah operasi pasar yang tepat waktu, jumlah tepat, hingga timing atau waktu yang juga tepat.

“Nanti, bakal ada high level meeting dengan teman-teman Pemprov Jatim untuk keterjangkauan harga. Kelancaran distribusi, jelang lebaran TPID bekerja sama dengan Ditlantas (Polda Jatim) dan lain-lain untuk meyakinkan distribusi lancar,” ujarnya.

Tak hanya itu, ia menegaskan pihaknya juga bakal mengandalkan kerjasama dengan sejumlah daerah se-Jatim. Termasuk untuk memasok beras ke pelbagai daerah di Indonesia Timur.

“Untuk pasokan, banyak yang ada persoalan, mulai beras, tentu kami akan andalkan kerjasama daerah, mana yang surplus di Jatim akan kami bawa ke daerah-daerah lain, karena Jatim ini untuk Indonesia bagian timur, sehingga membutuhkan konsentrasi dan kalkulasi yang tepat,” tuturnya. Ti0

Karyawan Sebut: Peran Direksi Soal Penyekapan Dikasus BBM Meratus Charles Manaro

Karyawan Ungkap Peran Direksi Soal Penyekapan di Kasus BBM Meratus Charles Manaro

Surabaya, Timurpos.co.id – Lagi, Terdakwa yang juga karyawan PT Meratus Line dalam perkara dugaan penggelapan bahan bakar minyak (BBM) mengaku mengalami penyekapan yang dilakukan oleh perusahaan milik Charles Manaro itu. Penyekapan itu bahkan melibatkan sejumlah oknum Polisi dan TNI untuk mengintimidasi para karyawan tersebut.

Cerita penyekapan ini terungkap dalam kesaksian sejumlah terdakwa yang menjadi saksi bagi terdakwa lainnya, di Pengadilan Negeri Surabaya, Senin (13/02/2023) malam.

Kesaksian pertama diungkapkan oleh Edia Nanang Setiawan; Bunker Officer PT Meratus Line. Dalam keterangannya di persidangan, Edia mengakui pernah disekap oleh perusahaan di dalam kantor selama kurang lebih 18 jam lamanya. 

“Saya mulai jam 8 di kantor jam 2 malam dilepas, dikumpulkan di ruangan yang sama kemudian dipisah (dengan karyawan lainnya), pulangnya berbeda,” ceritanya.

Ia menambahkan, pada saat disekap itu lah, dirinya ditekan dan diminta untuk menandatangani surat pernyataan. “Disuruh tandatangan surat pernyataan yang intinya membolehkan manajemen untuk mengakses HP kita. Dan selama 4 jam kita tidak dibolehkan bicara,” katanya.

Ia juga menceritakan tindakan intimidasi lain yang melibatkan oknum polisi dan TNI. Ia mencontohkan, hal itu terjadi ketika ia hendak kencing pun terus dibuntuti oleh oknum tersebut. “Katanya saya disuruh mengaku saja,” pungkasnya.

Tindakan penyekapan itu diakuinya juga melibatkan sang Direktur Utama (Dirut), Slamet Raharjo dan Auditor Internal, Fenny Karyadi. Bahkan, uang miliknya sejumlah Rp1 miliar berikut sertifikat hak milik diminta oleh Dirut Slamet.

“Ada pak Slamet (Dirut) dan bu Fenny (Auditor Internal) pada saat (penyekapan) itu. Slamet raharjo yang meminta uang dan SHM saya,” tegasnya.

Hal senada disampaikan oleh saksi Anggoro, Bunker Officer PT Meratus Line. Ia juga mengakui jika dirinya disekap selama 18 jam oleh kantornya. Nama Dirut Slamet dan Auditor Internal Fenny Karyadi kembali muncul dalam proses penyekapan itu.

“Iya, (disekap) saya jam 8 pagi sampai jam 2 dini hari. Ada pak Slamet dan bu Fenny dan oknum TNI saat itu. Karena saya merasa memberikan keterangan secara tidak stabil, satu minggu kemudian mengajukan pencabutan pernyataan yang tertuang saat itu. Karena sebagian besar pernyataan itu tidak benar,” katanya.

Keterangan yang sama juga disebut saksi Nur Habib. Ia mengaku disekap di kantor PT Meratus Line sejak pukul 8 pagi hingga 2 dini hari. Ia juga ditekan oleh Dirut Slamet Raharjo untuk mengakui dan dijanjikan tidak akan diproses secara hukum.

“Dari jam 8 pagi sampai dini hari (disekap). (Buat surat pernyataan) Betul, lupa isinya. Disuruh menulis dan beberapa didikte (Dirut Slamet, Auditor Feni, dan oknum TNI?) Ada, HP saya ditahan dari siang sampai pulang. Pas di ditekan, saya diminta bersumpah Al Quran. Slamet (Dirut) bilang kalau kamu cerita apa adanya tidak akan di proses secara hukum. (Faktanya diproses secara hukum) iya,” tegasnya.

Upaya penyekapan ini sebelumnya juga pernah diungkapkan oleh terdakwa Edy Setyawan. Ia bahkan mengaku sempat disekap selama 5 hari dan disita sejumlah SHM nya oleh Dirut Slamet. Atas kasus ini, Istri Edy pun sempat melaporkan Dirut Slamet ke polisi.

Alhasil, Dirut Slamet pun ditetapkan sebagai tersangka dan terungkap dalam surat Surat Pemberitahuan Perkembangan Hasil Penyidikan (SP2HP) dengan nomor B/622/SP2HP.4/VIII/RES.1.24/2022/RESKRIM yang dikeluarkan oleh Polres Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. Hanya sampai sekarang tidak jelas ujung kasus tersebut. 

Pengakuan adanya aksi penyekapan banyak karyawannya sendiri terungkap juga untuk memaksa mereka mencokot direksi PT Bahana Line terlibat, walaupun tidak ada bukti sama sekali. Ternyata terungkap juga PT Meratus punya utang Rp. 50 miliar yang dikemplang tidak mau bayar dengan alasan ada fraud atau penyimpangan. 

Modus enggan membayar dengan menyebutkan direksi PT Bahana Line terlibat dilakukan telah membuat geram direksi PT Bahana Line. Mereka bahkan mengancam akan memperkarakan Slamet Rahardjo dan Fenny Karyadi. 

Karyawan Meratus Buang BBM ke Laut

Sementara itu, dalam kesaksian sebelumnya, Edy juga sempat mengungkapkan fakta mengejutkan lainnya. Ia menyebut, jika BBM sisa yang ada atau istilah lain pocket, di perjual belikan oleh KKM dan masinis kapal. Jika tidak laku, BBM tersebut biasanya dibuang ke laut untuk menghindari resiko.

“Harapannya BBM (pocket) tersebut terjual yang penting menjadi uang dan jika tidak terjual maka mereka akan membuang BBM tersebut laut, dikarenakan kalau disimpan di kapal akan menjadi resiko besar,” ungkap Edy saat itu.

Menanggapi praktek kotor karyawan Meratus itu, penggiat lingkungan hidup, Teguh Ardi Srianto mengatakan dari dulu sampai sekarang dumping atau pembuangan bahan kimia atau bahan-bahan beracun berbahaya termasuk BBM ke laut ada aturannya dalam UU Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Menurut Teguh pembuangan BBM ke laut juga melanggar UU tentang Kelautan. 

“Pembuangan BBM ke laut mencemari dan merusak biota. Maka semua yang terlibat harus bertanggung jawab. siapa pun pelakunya. Baik itu kapten kapal dari pihak Meratus yang membuang solar itu ke laut, termasuk pimpinan atau direksi PT Meratus juga Pemilik Perusahaan karena kapal atau armada yang digunakan itu milik Meratus. Selain itu para pelaku yang juga merupakan karyawan Meratus maka otomatis tanggung jawab sepenuhnya dan karena itu direksi Meratus harus bertanggung jawab atas kinerja dari anak buahnya,” terang Teguh.

Dalam Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, Pasal 105 ayat (1) dan (2). Pasal, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Pasal 87 ayat (1) dan (2), Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Bakar Minyak Kapal, Pasal 4 ayat (1) dan (2), Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 12 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pengelolaan Bahan Bakar Minyak Kapal dan Limbah Bahan Bakar Minyak Kapal, Pasal 6 ayat (1) dan (2). Dimana Undang-Undang dan pasal tersebut jika dilakukan, baik secara sengaja maupun tidak sengaja maka akan dikenakan sanksi administratif berupa denda paling rendah Rp 100.000.000,00 (seratus juta rupiah) dan paling tinggi Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah) dan sanksi pidana paling rendah 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun. Ti0

Berberkal Bukti Tranfer Palsu,Toni Ambil Minhol Di Hotel Wyndham Surabaya

Surabaya, Timurpos.co.id – Kakak berdik Toni Abdinoto dan Beni Kristanto (berkas terpisah) diserat dipengadilan oleh Jaksa Penuntut Umum (JPU) Estik Dilla Rahmawati dan Parlinungan Tua Manullang dari Kejaksaan Negeri Tanjung Perak Surabaya, terkait perkara beli Minuman berakohol (minhol) tidak bayar di Hotel Wyndham Surabaya dengan total kerugaian Rp. 89.586.362 di Pengadilan Negeri (PN) Surabaya. Senin, (13/02/2023).

Dalam sidang kali ini JPU, menghadirkan saksi Arbi Nuranda Batubara Pegawai dari Diareal Vin + Lounge & Restaurant Wyndham Hotel Surabaya alamat di Jalan Basuki Rachmad Surabaya.

Arbi mengatakan, bahwa pada hari Rabu, 06 April 2022, sekira jam 14.00 WIB memerima telepon yang mengaku bernama Andre untuk memesan minuman berakhol daengan pembayaran melalui M-banking dua kali transaksi, yang dikirimakan melalui WA.

“Pengambilan barang tersebut, terdakwa mengunakan gosen, namun setelah saya cek bukti tranfer tidak ada dana masuk alisan kosong,” kata Arbi.

Disingung oleh Majelis Hakim berapa kerugian dan apakah tersadakwa sudah menggembalikan uang tersebut.

Adri mengatakan bahwa, saat pesan sekitar 9 botol minuman berbagai merek dengan total kerugian sekitar Rp. 89 ribu dan belum ada pengembalian sama sekali.

Atas keterangan saksi terdakwa Toni tidak menangapai, dikeranakan tidak mengenal saksi.

Lanjut permeriksan saksi terhadap Beni Kristanto yang dibacakan oleh JPU, yang pada intinya menyatakan, bahwa benar telah memesan minuman dangan dua kali transaksi, namun bukti tranfer tersebut yang dikrim tidak benar atau palsu.

Dikarenakan terdakwa tidak mengajukan saksi meringankan maka, sidang dilanjutakan dengan pemeriksaan terdakwa.

Terdakwa Toni mengatakan, bahwa, pada intinya telah mengambil pesanan minuman di Hotel dan minuman jual dan mendapatkan upah sebanyak Rp.1,5 juta.

Disingung oleh Majelis Hakim, apakah uang tersebut sudah dikembalikan, ” uang Rp.1,5 juta digunakan untuk bayar sekolah anak,” kata Toni

Untuk diketahui berdasarkan dakwaan JPU menyebutkan, bahwa, Rabu, 0l6 April 2022, saksi Arbi Nuranda Batubara (asisten manager Diareal Vin+ Lounge & Restaurant Wyndham Hotel Surabaya) menerima telepon dari saksi Beni Kristanto Bin Sukito (berkas terpisah) yang mengaku bernama Andre berperan sebagai pembeli melalui layanan Hotline untuk membeli minuman, yang selanjutnya oleh saksi Arbi Nuranda Batubara disambungkan kepada saksi Feby Widi Shinta Sari (kasir Diareal Vin+ Lounge & Restaurant Wyndham Hotel Surabaya) guna berkomunikasi melalui aplikasi Whatsapp. Saksi Feby Widi Shinta Sari menawarkan minuman yang disertai dengan mengirimkan pricelist dari harga minuman tersebut. Selanjutnya, saksi Beni 

membeli beberapa minuman dengan rincian 2 botol minuman Macallan 18 seharga Rp. 19.063.636, 2 botol minuman Merk Dalmore King Alexander seharga Rp.13.340.000, kemudian pesan lagi 2 bolol minuman 30 Yo Glen Farcllas seharga Rp. 25.250.908, 1 botol 40 Yo Glen Farcllas seharga Rp.21.040.909, 1 botol Macallan Rare Cask seharga Rp.10.890.909 dengan memberikan bukti palsu berupa struk pembayaran melalui Mbanking ke PT. Graha Citra Makmur.

Atas perbuatan yang dilakukan oleh Terdakwa Toni Abdinoto dan terdakwa Beni Beni Kristanto (berkas terpisah) Diareal Vin+ Lounge & Restaurant Wyndham Hotel Surabaya mengalami kerugian sebesar Rp. 89.586.362 dan JPU mendakwa dengan Pasal 55 ayat (1) ke-1 jo Pasal 64 ayat (1) KUHP. Ti0