Bulukumba, Timurpos.co.id– KMPS (Komunitas Masyarakat Peduli Sungai) desa Anrang kecamatan Rilau ale’ kabupaten Bulukumba merupakan kelompok pemuda Desa Anrang yang peduli terhadap sungai Balantieng. Kegiatan KMPS meliputi pembersihan sungai dan inventarisasi keanekaragaman hayati di sekitar sungai yang masuk di wilayah Desa anrang. Jumat (26/07/2024).
Yayasan Kajian Ekologi dan Konservasi Lahan Basah atau Ecological Observation and Wetland Conservation (ECOTON FOUNDATION) bersama 8 anggota kelompok KMPS melakukan kegiatan pengujian kualitas air dan mikroplastik di aliran sungai Balantieng yang berada di desa Anrang. Kegiatan ini merupakan bentuk keprihatinan masyarakat terhadap banyaknya sampah yang masuk ke sungai Balantieng.
Sungai Balantieng mengalir sepanjang 53,39 km, melewati 37 desa dalam 6 kecamatan di kabupaten Bulukumba. Sementara desa Anrang merupakan salah satu desa yang dilewati sungai Balantieng dan berada di bagian tengah sungai. Di wilayah tengah, mulai banyak aktivitas manusia yang dilakukan di sungai mulai dari mencuci, kegiatan Panaung Riere (kegiatan budaya) serta masyarakat pun turut memanfaatkan sungai untuk keperluan pengairan sawah dan perkebunan.
“Pemantauan kualitas air ini bertujuan untuk melihat kondisi sungai Balantieng di bagian tengah, yang mana aktivitas masyarakat banyak dilakukan di sungai, serta mendorong partisipasi masyarakat dalam menjaga sungai” ujar peneliti Ecoton, Amirudin Muttaqin yang ikut mendampingi kelompok KMPS.
Dari pengujian mikroplastik yang dilakukan hari ini ditemukan bahwa sungai Balantieng bagian tengah di temukan mikroplastik. Jenis mikroplastik yang ditemukan yakni 30 Filamen dan 20 Fiber. Selain pengujian mikroplastik, KMPS juga melakukan sensus serangga air di sungai dan melakukan pengujian kualitas air sungai menggunakan parameter fisika kimia.
Hasilnya, parameter Fosfat 0,3 ppm (baku mutu 0,2 ppm sesuai PP 22 tahun 2021), Nitrat 0 ppm, Nitrit 0 ppm, Klorin 0 ppm, Amonia 1,8 ppm (baku mutu 0,1 ppm). Sementara Serangga air terdapat sebanyak 12 jenis serangga air yang ditemukan. Jumlah ini lebih sedikit yang ditemukan daripada sungai Balantieng di bagian Hulu di Desa Kahayya yang di temukan 14 jenis serangga air. Serangga air merupakan indikator terhadap kesehatan sungai.
“Plastik tidak bisa hilang, ia akan terpecah menjadi partikel-partikel kecil yang ukurannya kurang dari 5 mm, dan disebut mikroplastik. Dari dua jenis mikroplastik yang ditemukan tersebut, sumbernya berasal dari aktivitas mencuci baju dan pembuangan sampah sembarangan. Maka dari hasil pengujian ini, penting sekali pemerintah menyediakan fasilitas pengelolaan sampah dan bagi masyarakat perlu untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai” tambah Amir peneliti Ecoton.
Sebelumnya, tim Ecoton telah melakukan inventasisasi dan menemukan masih minimnnya fasilitas pengelolaan sampah yang ada di desa, membuat beberapa masyarakat memilih membuang sampah ke sungai.
“Kami tertarik terlibat dengan kegiatan pengurangan sampah di desa untuk mencegah kebocoran sampah ke sungai. Kegiatan ini akan kami mulai dari kelompok pemuda desa” ujar Siti Nuraisya Basry,( 24 tahun) Anggota KMPS
Sementara itu, anggota KMPS lainnya, Asdi kuswadi (26) berharap dengan kegiatan penelitian dan mengetahui di temukanya mikroplastik di sungai akan tumbuh kesadaran masyarakat supaya sungai tidak di jadikan sebagai tempat sampah, karena sampah yang dibuang ke sungai tidak bisa hancur tapi akan berubah menjadi mikroplastik yang kemudian bisa berdampak terhadap kesehatan masyarakat sendiri. Di temukannya mikroplastik membuat kami kaget karena air sungai biasa di buat minum oleh masyarakat, tambah Asdi. TOK